Selasa, 08 Oktober 2013

AJARKAN ANAK KE DOKTER GIGI SEJAK DINI


Oleh : Mayor Kes.drg. Hellen Kirana Fajar, Sp KGA
Anggota Persit KCK Ranting 6 – Pusdikpenerbad


“…gak mau ke dokter gigi ah…takutttt…huhuhu…”

Rengekan dan tangisan seperti ini seringkali dialami para orangtua yang menginginkan anaknya mendapatkan perawatan ke dokter gigi. Seringkali pula orangtua menyerah dengan tangisan dan ketakutan anak akan imajinasinya terhadap dokter gigi beserta perlengkapan kliniknya. Hmmm…memang menyeramkan!. Jangankan anak-anak, orang dewasa saja ada yg merinding jika disuruh ke dokter gigi. Terbayang gambaran seorang dokter gigi seperti monster dengan peralatannya berupa tang untuk mencabut gigi serta mesin bor gigi yang suaranya membuat bulu kuduk berdiri. Wuih, pokoknya serem deh!
Nah, kebiasaan berimajinasi seperti inilah yang harus dihilangkan dari pikiran anak dan orangtuanya. Apabila bayangan seperti ini terus melekat, maka si anak dan orang tua pulalah yang akan mendapatkan kerugian di kemudian hari. Misalnya, ketika anak sakit gigi, namun bersikeras tidak mau ke dokter gigi, maka orangtua juga akan ikut merasakan penderitaan si anak yang tidak kunjung sembuh. Seringkali orangtua harus begadang semalaman menunggui si anak yang rewel atau terus menangis karena menahan sakit, bingung mencari obat pereda rasa sakit atau bingung sakitnya kok tidak sembuh-sembuh padahal sudah minum obat serta kepanikan-kepanikan lainnya.    
Tidak semua sakit gigi dapat disembuhkan total dengan hanya meminum obat pereda sakit. Obat pereda rasa sakit biasanya hanya berkhasiat sesaat, namun bila penyebab sakit giginya tidak segera diatasi, maka rasa sakitnya akan kembali timbul. Sakit gigi sebagian besar disebabkan karena proses caries dentis  atau lubang gigi. Awalnya lubang gigi hanya kecil saja dan tidak menimbulkan rasa sakit. Namun apabila lubang gigi ini tidak segera ditambal dan hanya dibiarkan saja, maka lama kelamaan lubangnya akan membesar dan mengenai saraf gigi sehingga timbullah rasa sakit yang luar biasa pada gigi tersebut. Rasa sakitnya bisa menjalar ke leher, telinga bahkan sampai kepala dan seringkali diikuti demam  serta pembengkakan.
Hal-hal seperti inilah yang harus kita hindari dan kita cegah dengan mengajarkan si anak mengenal dokter gigi beserta perlengkapannya sedini mungkin.
Berikut ini ada beberapa tips agar anak berani ke dokter gigi :
1.             Mulailah dari diri orangtua sendiri untuk berpikir positif terhadap dokter gigi. Jangan perlihatkan pada anak seandainya anda juga takut ke dokter gigi. Carilah dokter gigi yang tepat dan nyaman untuk keluarga anda. Bila perlu kunjungi dokter spesialis gigi anak.
2.            Lakukan kunjungan pertama anak ke dokter gigi sejak usia 2 tahun yaitu pada saat anak dalam keadaan sehat dan tidak mengalami sakit gigi atau sakit apapun. Jika pertama kali anak melihat seorang dokter gigi dalam keadaan sakit karena giginya berlubang, maka anak pasti akan gelisah sehingga bisa membangun pola ketakutan terhadap dokter gigi di masa depan.
3.            Pada kunjungan pertama, dokter spesialis gigi anak biasanya hanya akan membuat anak mengenal dokternya dan melihat-lihat seluruh ruangan beserta perlengkapan dokter gigi sehingga diharapkan terjalin hubungan yang akrab antara anak dan dokter giginya.
4.            Jangan memaksakan anak untuk mau menuruti kehendak orang tuanya  karena anak sedang dalam keadaan cemas dengan lingkungan baru di klinik gigi. Biarkan dokter gigi yg berbicara langsung pada anak. Sebaiknya orangtua hanya menjawab apa yg ditanyakan dokter kepada orangtua.
5.            Pada kunjungan berikutnya, dokter gigi akan mulai memeriksa seluruh gigi dan menangani permasalahan yang ada. Misalnya, apakah ada gigi berlubang yang harus ditambal atau gigi busuk/goyang yang harus dicabut serta memberikan petunjuk cara menjaga kesehatan gigi misalnya dengan menyikat gigi yang benar, pasta gigi yang mengandung fluor, makanan yang menyehatkan gigi, dll.
6.            Apabila anak takut duduk sendiri di kursi gigi, maka orangtua dapat menemani atau ikut duduk di kursi gigi sambil memangku anak serta memeluknya.
7.            Jangan pernah mengatakan, ”Gigimu nanti akan dicabut sama dokter gigi”. Gantilah kata ”dicabut” dengan ”dibuang”.
8.            Jangan pernah mengatakan, ”Gigimu nanti akan dibor terus ditambal sama dokter gigi”. Gantilah kata ”dibor” dengan ”dibersihkan”.
9.            Jangan pernah menakut-nakuti anak dengan istilah ”Suntik”. Seringkali penulis mendengar beberapa orangtua tidak sadar telah menakut-nakuti anak, ”Kalo nakal nanti disuntik loh sama dokter!”.
10.         Beri penghargaan pada anak apabila anak sudah tidak takut dengan dokter gigi, misalnya dengan pujian atau memenuhi janji yang sudah disepakati antara anak dan orangtuanya.
11.          Lakukan pengecekan gigi secara rutin di dokter gigi setiap 6 bulan.
                                                                                                 
 (drg. Hellen Amalia, Sp KGA.)



Referensi :
Kemp, J. And Walters, C., Gigi Si Kecil (terj.), Jakarta, Penerbit Erlangga.
                         


Tidak ada komentar:

Posting Komentar