Jumat, 13 Maret 2015

KEBIASAAN BURUK MENGISAP IBU JARI ATAU JARI TANGAN PADA ANAK



   
I.     Pendahuluan.
          Kebiasaan anak mengisap ibu jari atau jari tangan pada dasarnya merupakan respon anak terhadap rangsangan dari luar sejak masih dalam kandungan. Respon tersebut pertanda bahwa perkembangan psikologis anak sudah dimulai, sehingga  wajar ditemukan pada tahun pertama bayi.  Permasalahan akan muncul ketika kebiasaan tersebut terus berlanjut hingga memasuki usia sekolah karena orang tua kurang memperhatikan anaknya, sehingga terjadi  maloklusi (gigi-geligi yang tidak pas pada saat rahang ditutup).

II.   Penyebab  
Mengisap ibu jari atau jari tangan adalah sebuah kebiasaan dimana anak menempatkan jari atau ibu jarinya di belakang gigi, kontak dengan bagian atas mulut, mengisap dengan bibir, dan gigi tertutup rapat.
Beberapa penyebab mengisap ibu jari atau jari tangan antara lain :
·         Orangtua terlambat memberi minum susu sehingga anak mencari benda lain untuk dimasukkan ke dalam mulutnya.
·         Kurang eratnya jalinan kasih sayang orang tua dengan anaknya sehingga anak mencari perhatian dengan melakukan hal-hal yang tidak disukai orang tuanya.
·         Anak mengalami gangguan emosi, misalnya merasa sedih dan kesepian sehingga mencari ketenangan dengan cara mengisap jarinya.
·         Bayi kurang puas mengisap ASI karena hanya sedikit yang keluar.
·         Rasa tidak aman, dan sehabis dimarahi atau dihukum.
·         Rasa jemu terhadap permainan dan keadaan sekelilingnya.

III.    Akibat
Kebiasaan mengisap   ibu jari atau jari tangan yang dihentikan sebelum masa
erupsi gigi permanen, tidak akan memberikan efek jangka panjang. Namun jika kebiasaan tersebut berkelanjutan maka dapat terjadi maloklusi. 
Maloklusi yaitu keadaan morfologi gigi-geligi yang menyimpang dari oklusi normal dan estetika. Beberapa variasi maloklusi tergantung dari jari mana yang diisap, cara menempatkan jari yang diisap, intensitas serta lamanya mengisap jari.
 

          Jari yang diisap menjadi abnormal seperti hiperekstensi jari, terbentuk callus, iritasi, eksema, dan paronikia (jamur kuku). Efek psikologis pada anak yaitu menurunnya kepercayaan diri karena sering diejek oleh saudara atau orangtuanya.

              
                 
       Gb. Terbentuk Callus                   Gb. Iritasi, eksema,
                                                         dan paronikia (jamur kuku)
 
IV.      Penanganan 
Orang tua perlu melakukan pendekatan kepada anak untuk mengetahui penyebabnya, antara lain dengan :
1.      Membesarkan hati anak untuk menghentikan kebiasaan tersebut serta tidak memberikan hukuman pada anak karena anak akan makin menolak untuk menghentikan kebiasaan ini.
2.     Mengingatkan anak dan memberikan penghargaan berupa pujian dan hadiah yang disenangi si anak, bila anak sudah berhasil menghilangkan kebiasaannya.
3.     Mengoleskan bahan-bahan pada permukaan ibu jari dengan cairan yang pahit (kina), pedas (lada) atau rasa getir (minyak kayu putih)
4.     Usaha lain yaitu memberi sarung tangan atau membalut ibu jari dengan alat tertentu seperti plester.(14,25,27)

              
          
      Gb. Glove Finger                              Gb. Glove Thumb

5.     Apabila usia anak lebih dari 7 tahun, sebaiknya orangtua bekerjasama dengan dokter gigi anak untuk menghentikan kebiasaan buruk si anak. Dokter gigi akan membuat alat ortodonti untuk mencegah berkontaknya ibu jari dengan langit-langit rongga mulut sehingga kenikmatan mengisap jari akan terhalangi oleh alat tersebut.

           
     Gb. Palatal Crib              Gb. Pre-Orthodontic Trainer

V.      Kesimpulan dan Saran
Posisi gigi-geligi yang baik merupakan faktor yang penting untuk estetis, fungsi, dan memelihara kesehatan gigi. Estetika yang kurang baik bisa disebabkan oleh kebiasaan buruk mengisap ibu jari atau jari tangan sejak kecil sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan struktur gigi dan relasi rahang.
Orang tua diharapkan dapat memberikan perhatian khusus bagi anak yang memiliki  kebiasaan buruk tersebut serta bekerja sama dengan dokter gigi spesialis anak untuk dilakukan perawatan orthodonsi baik untuk memperbaiki maloklusi yang terjadi maupun untuk menghilangkan  kebiasaan buruk tersebut.
           
Referensi   :

1.       Foster, TD. “Buku Ajar Ortodonsi”. Third Edition. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta 1993.
2.      McDonald, Avery, Dean. “Dentistry For The Child And Adolescent” Eighth Edition. C.V. Mosby Company: Washington 1988.
3.      Pinkham, J.R. “Pediatric Dentistry, Infancy Through Adolescence”. Second Edition. W.B. Saunders Company: Philadelphia.

BIODATA

 


Nama               :      drg. Hellen Amalia, SpKGA



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar